Tujuannya sih sebenarnya sama
saja: mengambil informasi/data pribadi kamu. Kalau dulu ini dilakukan
dengan mengirim e-mail ke komputer, kini aksi ini merambah ke perangkat
mobile – ponsel, smartphone, tablet. Yang dikirim bukan e-mail, tapi
SMS. Maka namanya berubah, dari phishing menjadi smishing.
Smishing dan phishing sebenarnya bertujuan sama. Sama-sama meminta
kamu memberikan informasi pribadi, dan/atau finansial melalui sebuah
tautan web atau website palsu, atau nomor telepon. Cuma yang ini via
SMS.
Seperti pada phishing, pesan singkat smishing dibuat seolah-olah
datang dari operator selular, atau entitas bisnis, seperti penerbit
kartu kredit atau bank. Pesan itu pun biasanya mencoba membuat si
penerima terkejut, bahkan takut. Sebab berisi ancaman jika kamu tidak
segera membalas pesan.
Kamu mungkin akan diarahkan ke nomor bebas pulsa atau website yang
sepertinya asli, tapi sesungguhnya palsu. Begitu nomor dipanggil atau
tautan e-mail diklik, kamu akan diminta untuk “memverifikasikan”
informasi pribadimu, seperti nomor kartu kredit dan tanggal berakhirnya,
nomor rekening bank, nomor PIN, dan lain-lain. Jika itu kamu lakukan,
maka data pribadimu sudah berada di tangan penjahat.
Smishing, kata Rita Nurtika (Country Sales Manager, Indonesia, Norton
by Symantec), sekarang makin banyak dilakukan para penjahat kriminal
sejalan dengan makin banyaknya konsumen menggunakan smartphone.
Indonesia pun tak terkecuali, mengingat 65% dari 63 juta pengguna
Internet-nya melakukan akses via smartphone. Sejumlah 31% pengguna
mobile, kata Rita mengutip data Symantec Internet Security Threat Report
18, menerima pesan teks dari orang tak dikenal yang meminta penerima
mengklik tautan yang disertakan atau menelepon nomor tak terdaftar untuk
mengambil “voicemail.”
Mobile malware, kata Rita, juga makin sering menyaru sebagai aplikasi
palsu. Tiga puluh dua persen dari malware ini dapat mencuri informasi
berupa nomor telepon, dan alamat e-mail/ Sementara 19%-nya memanfaatkan
GPS telepon untuk melacak pemiliknya.
Celakanya, kebanyakan orang tidak tahu bahwa ada solusi sekuriti
mobile. Memang 83%-nya sudah memasang antivirus versi basic (atau
antivirus gratisan), 83% berhati-hati dengan informasi pribadinya saat
online, dan bahkan 89% pengguna smartphone menghapus e-mail yang
dianggap mencurigakan. Namun langkah-langkah itu tetap tidak menjamin
keamanan data pribadimu loh.
Bagaimana jika ponselmu hilang atau dicuri? Maka segala isi/datanya
akan menjadi milik si penemu bukan? Apalagi jika kamu tidak menggunakan
solusi sekuriti, atau bahkan tidak tahu kalau ada solusi sekuriti untuk
perangkat mobile.
Jadi apa yang bisa kamu lakukan agar tidak menjadi korban smishing?
Pertama, ketika jangan sekali-kali membalas SMS yang meminta informasi
pribadi. Juga jangan mengklik tautan apa pun yang ada dalam pesan.
Hubungi operator selularmu dan sertakan salinan e-mail agar mereka bisa
menelitinya. Hubungi bank, lembaga keuangan atau entitas bisnis lain
secara langsung untuk mengecek apakah benar mereka yang mengirimkan
permintaan itu.
Jangan lupa, lindungi perangkat mobile-mu dengan solusi sekuriti
mobile, misalnya dengan Norton 360 Multi Device yang lintas platform
(Android, iPhone, iPad).
Sumber : http://www.tabloidpcplus.com/2013/07/berita-teknologi/dulu-phishing-sekarang-smishing-sama-bahayanya/
Kamis, 04 Juli 2013
Dulu Phishing, Sekarang Smishing
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar